Minggu, 01 Juni 2014

Teori Pembiasaan dalam kaitannya dengan jatuh bangun kehidupan dunia akhirat



TUGAS MATA KULIAH TEORI BELAJAR

 Pembiasaan (Conditioned) yang Menyebabkan Orang Jatuh dan Bangkit dalam Menjalani Hidup di Dunia dan Akhirat



Dosen Pembimbing:
Prof.Dr.H. Nurtain





Oleh:
Rahmi Adelina, S.Pd
NIM: 1303854


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013







BAB I
PENDAHULUAN

Teori pembiasaan adalah teori tentang proses pendidikan yang berlangsung dengan jalan membiasakan seseorang untuk bertingkah laku, berbicara, berpikir dan melakukan aktivitas tertentu menurut kebiasaan yang baik. Pembiasaan (conditioned) merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Sikap atau perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri; perilaku tersebut relatif menetap, umumnya tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa mengingat atau meniru saja, bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman atau belajar, dan tampil secara berulang-ulang sebagai respons terhadap stimulus yang sama. Teori pembiasaan ini dipopulerkan oleh Ivan Pavlov dan B.F. Skinner.
Proses pembiasaan berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan di bawah bimbingan orang tua, dan guru, oang akan semakin terbiasa. Bila sudah menjadi kebiasaan yang tertanam jauh di dalam hatinya, maka orang tersebut kelak akan sulit untuk berubah dari kebiasaannya itu. Misalnya ia akan melakukan shalat berjamaah bila waktu shalat tiba, tidak akan berpikir panjang apakah shalat dulu atau melakukan hal lain, apakah berjamaah atau nanti saja shalat sendirian. Hal ini disebabkan karena kebiasaan itu merupakan perilaku yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan terlebih dahulu, berlangsung begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
Proses pembiasaan dalam pendidikan merupakan hal yang penting terutama bagi anak-anak usia dini. Ingatan anak-anak belum kuat, perhatian mereka lekas dan mudah beralih kepada hal-hal yang terbaru dan disukainya. Dalam kondisi ini mereka perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan pola pikir tertentu.
Menurut Abdullah Nasih Ulwan, pendidikan dengan proses pembiasaan merupakan cara yang sangat efektif dalam membentuk iman, akhlak mulia, keutamaan jiwa dan untuk melakukan syariat yang lurus.
Proses pembiasaan sebenarnya berintikan pengulangan. Artinya yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dan akhirnya menjadi kebiasaan. Pembiasaan harus diterapkan dalam kehidupan keseharian seseorang, sehingga apa yang dibiasakan terutama yang berkaitan dengan akhlak baik akan menjadi kepribadian yang sempurna. Misalnya jika guru masuk kelas selalu mengucapkan salam.
Kebiasaan terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan, sehingga kebiasaan dapat diartikan sebagai perbuatan atau ketrampilan secara terus-menerus, secara konsisten untuk waktu yang lama, sehingga perbuatan dan keterampilan itu benar-benar bisa diketahui dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Kebiasaan dapat juga diartikan sebagai gerak perbuatan yang berjalan dengan lancar dan seolah-olah berjalan dengan sendirinya. Perbuatan ini awalnya dikarenakan pikiran yang melakukan pertimbangan dan perencanaan, sehingga nantinya menimbulkan perbuatan yang apabila perbuatan ini diulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan.
            Kebiasaan yang terbentuk melalui pembiasaan ini akan berdampak pada kehidupan seseorang, baik kehidupan dunia maupun akhiratnya. Orang-orang yang dibesarkan dengan pembiasaan untuk menerapkan ajaran agama yang baik dan disiplin akan berbeda kehidupannya dengan orang-orang yang tidak dibiasakan untuk disiplin, bahkan tidak dibiasakan menerapkan ajaran agama.
            Pembiasaan yang berdasarkan ajaran agama Islam, akan menjadi kebiasaan bagi seseorang dalam menjalani hidupnya di dunia yang pada akhirnya berorientasi terhadap kehidupan akhiratnya. Pembiasaan bisa menyebabkan seorang bangkit, namun bisa juga menyebabkan seseorang jatuh dan terpuruk dalam menjalani hidupnya. Bagaimana pembiasaan ini menyebabkan orang jatuh dan bangkit dalam menjalani hidup di dunia dan akhirat akan dibahas pada makalah ini.


BAB II
PERMASALAHAN

            Dalam menjalani kehidupan, seseorang harus didik dengan pembiasaan yang baik, agar kehidupan dunia dan akhiratnya terarah dengan baik juga. Seseorang yang diajarkan pembiasaan yang baik, maka kehidupan dunia dan akhiratnya diharapkan juga menjadi baik dan sebaliknya. Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita lihat bahwa ada orang-orang yang telah dididik dengan pembiasaan terhadap pelaksanaan ajaran agama Islam, tetapi tetap saja mereka kadang-kadang terpuruk dan terjatuh kepada perbuatan negatif di dunia dan implikasinya pada kehidupan akhirat.
Menurut teori conditioning yang diungkapkan oleh Ivan Pavlov belajar adalah  proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response). Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis. Inilah yang disebut dengan pembiasaan.
Berdasarkan teori, seharusnya seseorang yang telah dibiasakan dengan pembiasaan yang baik, maka pembiasaan itu akan membentuk kebiasaannya menjadi baik. Tetapi, pada kenyataannya ada orang yang meskipun sejak kecil ditempa dengan didikan dan ajaran agama yang baik, setelah dewasa berubah menjadi orang yang tidak baik, maupun sebaliknya.
Ketika membicarakan tentang pembiasaan dalam kehidupan dunia dan akhirat tentu tidak akan lepas dari tuntunan AlQuran, sebagai kitab suci umat Islam. Teori Pembiasaan ini juga diperkuat dengan dalil AlQur’an, terutama pembiasaan dalam belajar.
Jadi, permasalahan dalam makalah ini adalah :
1.      Bagaimana pembiasaan dapat membentuk karakter manusia.
2.      Bagaimana teori pembiasaan ini menurut Al-Qur’an ?
3.      Bagaimana teori pembiasaan menyebabkan jatuh dan bangkitnya kehidupan seseorang di dunia maupun di akhirat?



BAB III
PEMECAHAN MASALAH

A.    Teori Pembiasaan dalam Membentuk Karakter Manusia
Teori pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan masih sangat berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904), seorang penganut behaviorisme yang dianggap kontroversial. Karya tulisnya yang dianggap baru/ terakhir berjudul About Behaviorism diterbitkan pada tahun 1974. Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri (Bruno, 1987).
Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat (Reber, 1988). Tidak seperti dalam respondent conditioning (yang responsnya didatangkan  oleh stimulus tertentu), respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak  sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical respondent conditioning.
Pembiasaan yang diajarkan pada seseorang akann menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Ada beberapa pengertian kebiasaan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya  adalah :
  1. Kebiasaan adalah tingkah laku yang cenderung selalu ditonjolkan oleh individu dalam menghadapi keadaan tertentu atau ketika berada dalam keadaan tertentu (Prayitno)
  2. Kebiasaan merupakan proses “Internalisasi” dari norma masyarakat, dan adanya kematangan dari sudut organik biologik yang diwujudkan dalam perilaku sadar (ahli Psiko Analisa )
  3. Kebiasaan merupakan hasil dari rangkaian rangsang dan jawaban yang dipelajari oleh anak dan dilakukan secara berkesinambungan (ahli-ahli psikologi belajar).
Jadi latihan pembiasaan merupakan upaya yang intensif untuk menciptakan lingkungan (rangsang) sebagai sumber dari timbulnya tingkah laku, yang cenderung selalu ditonjolkan oleh individu sebagai proses internalisasi dari norma-norma lingkungan agar diperoleh kematangan dan perkembangan kepribadian yang optimal (penulis). Bisa dikatakan bahwa pembiasaan ini akan menjadi suatu kebiasaan.
Melalui pembiasaan yang menjadi kebiasaan ini anak harus tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang matang, yang sanggup dan mampu mengubah dirinya sendiri, mandiri, tidak tergantung kepada orang lain. Bahkan tidak menimbulkan masalah bagi keluarga, kelompok dan masyarakatnya, sehingga mampu menjalani kehidupan dunia dan akhiratnya dengan baik. Pembiasaan inilah yang membentuk karakter seseorang.
Cara Mengaplikasikan metode Pembiasaan adalah sebagai berikut:
1.      Mulailah sejak dini pembiasaan tersebut. Usia sejak bayi adalah usia yang tepat untuk melakukan kebiasaan.Karena masa ini anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima pengaruh lingkungan.
2.      Pembiasaan itu dilakukan secara kontinyu,teratur dan terprogram.
3.      Pembiasaan hendaknya diawasi secara ketat, konsisten dan tegas.
4.      Pembiasaan yang awalnya bersifat mekanistis hendaknya berangsur-angsur menjadi kebutuhan.

 
  1. Teori Pembiasaan Menurut Al-Qur’an
Pembiasaan dan pengamalan merupakan salah satu metode yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an. Latihan dan ulangan yang merupakan metode praktis untuk menghafalkan sesuatu ajaran termasuk di dalam metode ini.Di dalam Surat Al-'Alaq metode ini disebut secara implisit, yakni cara turunnya wahyu pertama (ayat 1-5). Jibril menyuruh Nabi mengucapkan kata اقرأ (bacalah) dan Nabi menjawab ما أنا بقارئ (Saya tidak bisa membaca), lalu Jibril mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan perkataan yang sama. Hal ini terulang sampai tiga kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1-5 dan mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang disampaikan Jibril tersebut. Metode pembiasaan dan pengulangan yang digunakan Allah dalam mengajar Rasul-Nya amat efektif sehingga apa yang disampaikan kepadanya langsung tertanam dengan kuat di dalam kalbunya.
Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan oleh seseorang. Hampir semua ahli pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu upaya pendidikan. Pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu, walaupun ada kritik terhadap metode ini karena cara ini tidak mendidik siswa untuk menyadari dengan analisis apa yang dilakukan. Oleh karena itu pembiasaan harus mengarah kepada kebiasaan yang baik.
Perintah membaca dalam Surat Al-'Alaq  ayat 1-5, yang diulang sampai dua kali, yaitu pada ayat pertama dan ketiga dapat memberikan indikasi bahwa metode pembiasaan dalam pendidikan sangat diperlukan dalam pembelajaran pendidikan Islam.
Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia sebagai pribadi muslim yang utuh tidak hanya sebatas mengajarkan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan dalam satu waktu, tempat, dan keadaan saja, tetapi yang dinamakan pendidikan adalah upaya membiasakan manusia untuk selalu mengamalkan apa yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan ini tidak akan mungkin terlaksana jika kondisi lingkungan yang tidak mendukung, khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga merupakan tempat pendidikan anak paling awal dan yang memberikan warna dominan bagi anak. Kedua orang tuanya lah yang memiliki peran besar untuk mendidiknya agar tetap dalam jalan yang sehat dan benar.
Salah satu metode yang tepat untuk digunakan dalam mendidik anak adalah melalui pembiasaan, karena pada dasarnya anak diciptakan dengan fitrah dari Allah berupa tauhid yang kemudian berproses dalam rangkaian kehidupan anak di lingkungannya. Mengenai hal ini, Mushannif menuturkan:
من الأمور المقررة في شريعة الاسلام أن الولد مفطور منذ خلقته على التوحيد الخالص والدين القيم والايمان بالله 
Masalah-masalah yang sudah menjadi ketetapan dalam syariat Islam bahwa sang anak diciptakan dengan fitrahtauhid yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah.
Hal ini sesuai dengan apa yang Allah firmankan:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لايَعْلَمُونَ  
Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui
Yang dimaksud dengan fitrah Allah adalah bahwa manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Dari sini, peranan pembiasaan, pengajaran, dan pendidikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak akan menemukan tauhid yang murni, keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual dan etika yang lurus. Pembiasaan atau latihan sangat diperlukan dalam mewujudkan pendidikan agama yang baik pada anak. Pentingnya pembiasaan dan latihan ini sebagaimana pendapat Zakiah Daradjat karena “Pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tentunya pada anak yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena masuk menjadi bagian dari pribadinya”.
Mushannif lebih lanjut menuturkan:
ومما لا يختل فيه اثنان أن الولد اذا تيسر له عاملان: عامل التربية الاسلامية الفاضلة وعامل البيئة الصالحة فان الولد –لا شاك- ينشأ على الامان الحق ويتخلق باخلاق الاسلام ويصل الى قمة الفضائل النفسية والمكارم الذاته
Dan masalah yang tidak dipertentangkan adalah bahwa sang anak, jika dengan mudah ia berhadapan dengan dua faktor: faktor pendidikan Islam yang utama dan faktor pendidikan lingkungan yang baik, maka sesungguhnya anak akan tumbuh dalam iman yang baik, akan berhiaskan diri dengan etika Islam dan sampai pada puncak keutamaan spiritual dan kemuliaan personal.
Mengenai adanya hal factor pendidikan Islam yang utama, Rasulullah SAW menegaskan dalam banyak hadits, di antaranya:
كل مولود يولاد على الفطرة فأبواه يهودانه اوينصرانه اويمجسانه  رواه البخارى
Setiap anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam fitrah (kesucian), maka kedua orang tuanya lah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR. al-Bukhari)
Pemahaman dari hadis ini adalah, bahwa sang anak jika mempunyai kedua orang tua muslim yang baik, mengajarkan kepada dirinya prinsip-prinsip iman dan islam, maka anak akan tumbuh dalam akidah iman dan Islam, dan ini adalah pengertian faktor lingkungan rumah yang merupakan pembiasaan.
Dari nash-nash di atas, Mushannif menarik kesimpulan berikut:
ان الولد حينما تتوفر له تربية صالحة من قبل اباء صالحين, ومعلمين مخلصين وتتوفر له بيئه صالحة من قبل أصدقاء صالحين ورفقاء مؤمنين مخلصين فان الولد ولا شاك يتربى على الفضيلة والايمان والتقوى ويعتاد كل أدب رفيع وخلق جميل وعادة كريمة
Sesungguhnya sang anak, jika menerima pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya yang shaleh,  dan pengajarnya yang tulus, disamping tersedianya lingkungan yang baik dari teman-temannya yang shaleh, mukmin, dan tulus, maka tidak diragukan bahwa anak tersebut akan terdidik dalam keutamaan, iman, dan takwa. Mereka juga akan terbiasa dengan akhlak yang luhur, etika yang mulia, dan kebiasaan yang terpuji
والمعارف وترفدها بالعمل الصالح فانما تنشأ على الخير وتدرجعلى الكمال ويكون صاحبها كالملك بشيئ فى الناس
أما اذا أهلها وتركها للايام حتى هاها صدأ الجهل وغشيها عدوى خلطاء السوء وتراكهم عليها أنقاض العداوات الذميمة فانها ولا شاك تنشأ  على الشر والفساد وتتقلب في مستنقع التحلل والاباحية ويكون صاحبها كالوحش الاعجم يمشي فى الناس ويظن نفسه من الاناس الكريم
Demikian pula jiwa manusia dan segala apa yang ada di dalamnya dari kecenderungan dan kesiapan, tabiat dan pembawaan, ketika terdidik dalam akhlak yang utama, disiram dengan air ilmu pengetahuan, dan disertai dengan amal saleh. Maka jiwa tersebut akan tumbuh dalam kebaikan, semakin mendekati kesempurnaan. Pemilik jiwa tersebut menjadi “malaikat” yang berjalan di tempat umat manusia.
Jika dibiarkan, ia akan dihinggapi karat kebodohan bercampur debu kejahatan, dan ditumpuki dengan adat kebiasaan yang tercela. Maka jiwa tersebut akan tumbuh dengan kejahatan dan kerusakan. Pemiliknya akan serupa dengan binatang liar yang berjalan di tengah umat manusia, dan ia mengira bahwa dirinya sebagai manusia yang terhormat.
Kesimpulan yang disampaikan oleh Mushannif mengindikasikan adanya perpaduan (konvergensi) antara faktor bakat/ pembawaan yang dimiliki anak dengan faktor lingkungan dan pembiasaan yang membentuk karakter anak sama-sama berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut untuk menjalani kehidupan dunia dan akhiratnya.

C.    Teori Pembiasaan Menyebabkan Jatuh Dan Bangkitnya Kehidupan Seseorang Di Dunia dan di Akhirat
Berdasarkan teori dan Al Quran, setiap pembiasaan yang baik, pasti akan jadi kebiasaan baik juga. Pembiasaan yang buruk juga menjadi kebiasaan yang buruk dalam kehidupan seseorang. Namun masih ada orang yang sejak dini telah diberikan pembiasaan yang baik, tetapi dalam perjalanan kehidupan mereka sempat terpuruk atau terjatuh pada kebiasan negatif yang mengganggu kehidupan dunia dan akhiratnya. Hal ini tidak lepas dari pengaruh linkungan dan perhatian keluarga.
Ketika seseorang diberikan pembiasaan yang baik berupa ajaran-ajaran yang mampu menyokong kehidupan dunia dan akhiratnya, orang tersebut tidak bisa dilepaskan begitu saja dari pengawasan orang tua secara berkelanjutan. Di sinilah pentingnya peran dan kontrol orang tua serta para pendidik agar pembiasaan yang diajarkan tadi tetap menjadi kebiasaan baik bahakan menjadi kebutuhannya.
Biasanya, ketika di usia dini anak telah diberikan pembiasaan yang baik, maka andaikan dalam perjalanan kehidupan mereka mengalami keterpurukan, suatu saat mereka akan menemukan kembali titik balik kehidupannya dan bangkit menjadi pribadi yang lebih baik. Hal seperti ini banyak kita temui di sekitar kita. Seperti yang terjadi pada dua tokoh agama berikut :
1.      Alm. Ustadz Jefri Al-Bukhory
Ustadz ini, ketika kecil (usia dini) dididik dengan aturan agama yang disiplin dan keras dari orang tuanya. Di sekolahkan di sekolah dengan ajaran agama yang kuat. Artinya sejak usia dini telah diterapkan pembiasaan agama yang kuat pada diri beliau untuk menjalani kehidupan dunia dan bekal hidup di akhirat. Namun, seiring berjalannya waktu beliau sempat terpuruk pada perbuatan negatif seperti menggunakan obat-obatan dan jauh dari Tuhan. Hal ini terjadi akibat terseret oleh lingkungan negatif di sekitarnya dan pertahanan diri yang lemah.
Karena telah diberikan pembiasaan yang baik sejak usia dini, beliau akhirnya kembali menemukan titik balik kehidupannya. Beliau kembali kepada kebiasaan baik dan kembali pada Tuhan dalam keadaan yang baik. Artinya pembiasaan yang telah ditanamkan mempengaruhi jatuh dan bangkitnya kehidupan dunia Ustadz ini dan pada akhirnya InsyaAllah berpengaruh terhadap kehidupan akhirat beliau.
2.      Ustadz Arifin Ilham
Senada dengan kehidupan yang dijalani oleh Alm. Ustadz Jefry Al-Bukhori di atas, ustadz Arifin Ilham pun didik dengan pembiasaan agama yang kental dan penuh disiplin. Orang tua beliau memberikan pembiasaan terhadap pelaksanaan ajaran agama dengan baik dan bertanggung jawab. Namun beliau juga sempat terjatuh pada perbuatan negatif dalam usia remajanya. Beliau sempat berkali-kali jatuh, bangkit, jatuh dan bangkit kembali hingga akhirnya tetap pada kebiasaan baik yang telah dibiasakan ketika usia dini dahulu.
Dari dua tokoh di atas dapat kita katakan bahwa pembiasaan baik yang diberikan ketika usia dini bisa menyebabkan seseorang yang jatuh untuk  bangkit kembali dalam kehidupan dunia dan akhirat seseorang.
Di sisi lain ketika seseoang diberikan pembiasaan yang tidak baik, maka sangat besar kemungkinan dia memiliki kebiasaan yang tidak baik. Sebagai contoh, anak yang biasa dididik dengan celaan, maka setelah mereka dewasa mereka juga terbiasa untuk mencela. Anak yang dididik dalam lingkungan pencuri, maka dia akan terbiasa mencuri.
Kehidupan akhirat yang baik, ditentukan oleh kebiasaan hidup di dunia. Pembiasaaan yang baik sangat penting dalam menyebabkan jatuh dan bangkitnya kehidupan dunia dan akhirat seseorang.

 
 
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
  1. Kesimpulan
  1. Pembiasaan yang diajarkan pada seseorang akan menjadi kebiasaan dalam hidupnya dan akhirnya akan membentuk karakter seseorang.
  2. Pembiasaan dan pengamalan merupakan salah satu metode yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an dalam mendidik anak - anak.
  3. Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan oleh seseorang.
  4. Pendidikan adalah upaya membiasakan manusia untuk selalu mengamalkan apa yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
  5. Adanya perpaduan (konvergensi) antara faktor bakat/ pembawaan yang dimiliki anak dengan faktor lingkungan dan pembiasaan yang membentuk karakter anak sama-sama berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut untuk menjalani kehidupan dunia dan akhiratnya.
  6. pembiasaan baik yang diberikan ketika usia dini bisa menyebabkan seseorang yang jatuh untuk  bangkit kembali dalam kehidupan dunia dan akhirat seseorang.
  7. Kehidupan akhirat yang baik, ditentukan oleh kebiasaan hidup di dunia.

  1. Saran
Pembiasaan sebaiknya dilakukan sejak usia dini secara kontinyu, teratur dan terprogram serta diawasi secara ketat, konsisten dan tegas agar pembiasaan ini akhirnya menjadi kebutuhan dan kebiasaan seseorang.

KEPUSTAKAAN
C.Asri BUdiningsih. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 2005
Slameto. Belajar & faktor – faktoryang Mempengaruhi. Rineka Cipta. 2010.
Sudarwan Danim. Perkembangan Peserta Didik. Alfabeta Bandung. Bandung. 2010





Tidak ada komentar:

Posting Komentar