TUGAS
MATA KULIAH TEORI BELAJAR
Pembiasaan
(Conditioned) yang Menyebabkan Orang
Jatuh dan Bangkit dalam Menjalani Hidup di
Dunia dan Akhirat
Dosen Pembimbing:
Prof.Dr.H.
Nurtain
Oleh:
Rahmi
Adelina, S.Pd
NIM:
1303854
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Teori
pembiasaan adalah teori tentang proses pendidikan yang berlangsung dengan jalan
membiasakan seseorang untuk bertingkah laku, berbicara, berpikir dan melakukan
aktivitas tertentu menurut kebiasaan yang baik. Pembiasaan (conditioned)
merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan
bersifat otomatis melalui proses pembelajaran yang berulang-ulang. Sikap atau
perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri; perilaku tersebut relatif
menetap, umumnya tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi, misalnya
untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir berupa mengingat atau
meniru saja, bukan sebagai hasil dari proses kematangan, tetapi sebagai akibat
atau hasil pengalaman atau belajar, dan tampil secara berulang-ulang sebagai
respons terhadap stimulus yang sama. Teori pembiasaan ini dipopulerkan oleh
Ivan Pavlov dan B.F. Skinner.
Proses
pembiasaan berawal dari peniruan, selanjutnya dilakukan pembiasaan di bawah bimbingan orang tua, dan
guru, oang akan semakin terbiasa. Bila sudah menjadi kebiasaan yang tertanam
jauh di dalam hatinya, maka orang tersebut kelak akan sulit untuk berubah dari
kebiasaannya itu. Misalnya ia akan melakukan shalat berjamaah bila waktu shalat
tiba, tidak akan berpikir panjang apakah shalat dulu atau melakukan hal lain,
apakah berjamaah atau nanti saja shalat sendirian. Hal ini disebabkan karena
kebiasaan itu merupakan perilaku yang sifatnya otomatis, tanpa direncanakan
terlebih dahulu, berlangsung begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
Proses
pembiasaan dalam pendidikan merupakan hal yang penting terutama bagi anak-anak
usia dini. Ingatan anak-anak belum kuat, perhatian mereka lekas dan mudah
beralih kepada hal-hal yang terbaru dan disukainya. Dalam kondisi ini mereka
perlu dibiasakan dengan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan pola pikir
tertentu.
Menurut
Abdullah Nasih Ulwan, pendidikan dengan proses pembiasaan merupakan cara yang
sangat efektif dalam membentuk iman, akhlak mulia, keutamaan jiwa dan untuk
melakukan syariat yang lurus.
Proses
pembiasaan sebenarnya berintikan pengulangan. Artinya yang dibiasakan itu
adalah sesuatu yang dilakukan berulang-ulang dan akhirnya menjadi kebiasaan.
Pembiasaan harus diterapkan dalam kehidupan keseharian seseorang, sehingga apa
yang dibiasakan terutama yang berkaitan dengan akhlak baik akan menjadi
kepribadian yang sempurna. Misalnya jika guru masuk kelas selalu mengucapkan
salam.
Kebiasaan
terbentuk karena sesuatu yang dibiasakan, sehingga kebiasaan dapat diartikan
sebagai perbuatan atau ketrampilan secara terus-menerus, secara konsisten untuk
waktu yang lama, sehingga perbuatan dan keterampilan itu benar-benar bisa
diketahui dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan.
Kebiasaan dapat juga diartikan sebagai gerak perbuatan yang berjalan dengan
lancar dan seolah-olah berjalan dengan sendirinya. Perbuatan ini awalnya
dikarenakan pikiran yang melakukan pertimbangan dan perencanaan, sehingga
nantinya menimbulkan perbuatan yang apabila perbuatan ini diulang-ulang maka
akan menjadi kebiasaan.
Kebiasaan
yang terbentuk melalui pembiasaan ini akan berdampak pada kehidupan seseorang,
baik kehidupan dunia maupun akhiratnya. Orang-orang yang dibesarkan dengan
pembiasaan untuk menerapkan ajaran agama yang baik dan disiplin akan berbeda
kehidupannya dengan orang-orang yang tidak dibiasakan untuk disiplin, bahkan
tidak dibiasakan menerapkan ajaran agama.
Pembiasaan
yang berdasarkan ajaran agama Islam, akan menjadi kebiasaan bagi seseorang
dalam menjalani hidupnya di dunia yang pada akhirnya berorientasi terhadap
kehidupan akhiratnya. Pembiasaan bisa menyebabkan seorang bangkit, namun bisa juga
menyebabkan seseorang jatuh dan terpuruk dalam menjalani hidupnya. Bagaimana
pembiasaan ini menyebabkan orang jatuh dan bangkit dalam menjalani hidup di
dunia dan akhirat akan dibahas pada makalah ini.
BAB II
PERMASALAHAN
Dalam
menjalani kehidupan, seseorang harus didik dengan pembiasaan yang baik, agar
kehidupan dunia dan akhiratnya terarah dengan baik juga. Seseorang yang
diajarkan pembiasaan yang baik, maka kehidupan dunia dan akhiratnya diharapkan
juga menjadi baik dan sebaliknya. Namun, dalam kehidupan sehari-hari kita lihat
bahwa ada orang-orang yang telah dididik dengan pembiasaan terhadap pelaksanaan
ajaran agama Islam, tetapi tetap saja mereka kadang-kadang terpuruk dan
terjatuh kepada perbuatan negatif di dunia dan implikasinya pada kehidupan
akhirat.
Menurut teori conditioning
yang diungkapkan oleh Ivan Pavlov belajar adalah proses perubahan yang terjadi karena adanya
syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan reaksi (response).
Untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita memberikan syarat-syarat
tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut teori conditioning ialah
adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang diutamakan
dalm teori ini adalah hal belajar yeng terjadi secara otomatis. Inilah yang
disebut dengan pembiasaan.
Berdasarkan teori, seharusnya seseorang
yang telah dibiasakan dengan pembiasaan yang baik, maka pembiasaan itu akan
membentuk kebiasaannya menjadi baik. Tetapi, pada kenyataannya ada orang yang
meskipun sejak kecil ditempa dengan didikan dan ajaran agama yang baik, setelah
dewasa berubah menjadi orang yang tidak baik, maupun sebaliknya.
Ketika membicarakan tentang
pembiasaan dalam kehidupan dunia dan akhirat tentu tidak akan lepas dari
tuntunan AlQuran, sebagai kitab suci umat Islam. Teori Pembiasaan ini juga
diperkuat dengan dalil AlQur’an, terutama pembiasaan dalam belajar.
Jadi, permasalahan dalam makalah ini
adalah :
1. Bagaimana pembiasaan dapat membentuk
karakter manusia.
2. Bagaimana teori pembiasaan ini
menurut Al-Qur’an ?
3. Bagaimana teori pembiasaan
menyebabkan jatuh dan bangkitnya kehidupan seseorang di dunia maupun di
akhirat?
BAB
III
PEMECAHAN
MASALAH
A.
Teori
Pembiasaan dalam Membentuk Karakter Manusia
Teori pembiasaan perilaku respons (operant
conditioning) ini merupakan teori belajar yang berusia paling muda dan
masih sangat berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya
bernama Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904), seorang penganut
behaviorisme yang dianggap kontroversial. Karya tulisnya yang dianggap baru/
terakhir berjudul About Behaviorism diterbitkan pada tahun 1974. Tema
pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah bahwa tingkah laku itu terbentuk oleh
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri (Bruno,
1987).
Operant
adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap
lingkungan yang dekat (Reber, 1988). Tidak seperti dalam respondent
conditioning (yang responsnya didatangkan
oleh stimulus tertentu), respons dalam operant conditioning
terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan
oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus
yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun
tidak sengaja diadakan sebagai pasangan
stimulus lainnya seperti dalam classical respondent conditioning.
Pembiasaan yang diajarkan pada
seseorang akann menjadi kebiasaan dalam hidupnya. Ada
beberapa pengertian kebiasaan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah :
- Kebiasaan adalah tingkah laku yang cenderung selalu ditonjolkan oleh individu dalam menghadapi keadaan tertentu atau ketika berada dalam keadaan tertentu (Prayitno)
- Kebiasaan merupakan proses “Internalisasi” dari norma masyarakat, dan adanya kematangan dari sudut organik biologik yang diwujudkan dalam perilaku sadar (ahli Psiko Analisa )
- Kebiasaan merupakan hasil dari rangkaian rangsang dan jawaban yang dipelajari oleh anak dan dilakukan secara berkesinambungan (ahli-ahli psikologi belajar).
Jadi
latihan pembiasaan merupakan upaya yang intensif untuk menciptakan lingkungan
(rangsang) sebagai sumber dari timbulnya tingkah laku, yang cenderung selalu
ditonjolkan oleh individu sebagai proses internalisasi dari norma-norma
lingkungan agar diperoleh kematangan dan perkembangan kepribadian yang optimal
(penulis). Bisa dikatakan bahwa pembiasaan ini akan menjadi suatu kebiasaan.
Melalui
pembiasaan yang menjadi kebiasaan ini anak harus tumbuh dan berkembang menjadi
manusia yang matang, yang sanggup dan mampu mengubah dirinya sendiri, mandiri,
tidak tergantung kepada orang lain. Bahkan tidak menimbulkan masalah bagi
keluarga, kelompok dan masyarakatnya, sehingga mampu menjalani kehidupan dunia
dan akhiratnya dengan baik. Pembiasaan inilah yang membentuk karakter
seseorang.
Cara Mengaplikasikan metode
Pembiasaan adalah sebagai berikut:
1. Mulailah sejak dini pembiasaan
tersebut. Usia sejak bayi adalah usia yang tepat untuk melakukan
kebiasaan.Karena masa ini anak mempunyai rekaman yang cukup kuat dalam menerima
pengaruh lingkungan.
2. Pembiasaan itu dilakukan secara
kontinyu,teratur dan terprogram.
3. Pembiasaan hendaknya diawasi secara
ketat, konsisten dan tegas.
4. Pembiasaan yang awalnya bersifat
mekanistis hendaknya berangsur-angsur menjadi kebutuhan.
- Teori Pembiasaan Menurut Al-Qur’an
Pembiasaan dan pengamalan merupakan
salah satu metode yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an. Latihan dan ulangan yang
merupakan metode praktis untuk menghafalkan sesuatu ajaran termasuk di dalam
metode ini.Di dalam Surat Al-'Alaq metode ini disebut secara implisit, yakni
cara turunnya wahyu pertama (ayat 1-5). Jibril menyuruh Nabi mengucapkan kata اقرأ (bacalah) dan Nabi menjawab ما أنا بقارئ (Saya tidak bisa membaca), lalu Jibril
mengulanginya lagi dan Nabi menjawab dengan perkataan yang sama. Hal ini
terulang sampai tiga kali. Kemudian Jibril membacakan ayat 1-5 dan
mengulanginya sampai beliau hafal dan tidak lupa lagi apa yang disampaikan
Jibril tersebut. Metode pembiasaan dan pengulangan yang digunakan Allah dalam
mengajar Rasul-Nya amat efektif sehingga apa yang disampaikan kepadanya
langsung tertanam dengan kuat di dalam kalbunya.
Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap
segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan oleh seseorang. Hampir
semua ahli pendidikan sepakat untuk membenarkan pembiasaan sebagai salah satu
upaya pendidikan. Pembiasaan merupakan teknik pendidikan yang jitu, walaupun
ada kritik terhadap metode ini karena cara ini tidak mendidik siswa untuk
menyadari dengan analisis apa yang dilakukan. Oleh karena itu pembiasaan harus
mengarah kepada kebiasaan yang baik.
Perintah membaca dalam Surat Al-'Alaq ayat 1-5, yang
diulang sampai dua kali, yaitu pada ayat pertama dan ketiga dapat memberikan
indikasi bahwa metode pembiasaan dalam pendidikan sangat diperlukan dalam
pembelajaran pendidikan Islam.
Upaya pendidikan dalam menjadikan
manusia sebagai pribadi muslim yang utuh tidak hanya sebatas mengajarkan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus ditinggalkan dalam satu waktu, tempat,
dan keadaan saja, tetapi yang dinamakan pendidikan adalah upaya membiasakan
manusia untuk selalu mengamalkan apa yang diajarkan dalam kehidupan
sehari-hari. Pembiasaan ini tidak akan mungkin terlaksana jika kondisi
lingkungan yang tidak mendukung, khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan
keluarga merupakan tempat pendidikan anak paling awal dan yang memberikan warna
dominan bagi anak. Kedua orang tuanya lah yang memiliki peran besar untuk
mendidiknya agar tetap dalam jalan yang sehat dan benar.
Salah satu metode yang tepat untuk digunakan dalam mendidik
anak adalah melalui pembiasaan, karena pada dasarnya anak diciptakan dengan
fitrah dari Allah berupa tauhid yang kemudian berproses dalam rangkaian
kehidupan anak di lingkungannya. Mengenai hal ini, Mushannif menuturkan:
من الأمور المقررة في شريعة الاسلام أن الولد مفطور منذ خلقته
على التوحيد الخالص والدين القيم والايمان بالله
Masalah-masalah
yang sudah menjadi ketetapan dalam syariat Islam bahwa sang anak diciptakan
dengan fitrahtauhid yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah.
Hal
ini sesuai dengan apa yang Allah firmankan:
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ
عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لايَعْلَمُونَ
Artinya:
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada
peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui
Yang dimaksud dengan fitrah Allah adalah bahwa manusia
diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. Kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Dari sini, peranan pembiasaan,
pengajaran, dan pendidikan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak akan
menemukan tauhid yang murni, keutamaan-keutamaan budi pekerti, spiritual dan
etika yang lurus. Pembiasaan atau latihan sangat diperlukan dalam mewujudkan
pendidikan agama yang baik pada anak. Pentingnya pembiasaan dan latihan ini
sebagaimana pendapat Zakiah Daradjat karena “Pembiasaan dan latihan tersebut
akan membentuk sikap tentunya pada anak yang lambat laun sikap itu akan
bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena masuk menjadi
bagian dari pribadinya”.
Mushannif lebih lanjut menuturkan:
ومما لا يختل فيه اثنان أن الولد اذا
تيسر له عاملان: عامل التربية الاسلامية الفاضلة وعامل البيئة الصالحة فان الولد
–لا شاك- ينشأ على الامان الحق ويتخلق باخلاق الاسلام ويصل الى قمة الفضائل
النفسية والمكارم الذاته
Dan
masalah yang tidak dipertentangkan adalah bahwa sang anak, jika dengan mudah ia
berhadapan dengan dua faktor: faktor pendidikan Islam yang utama dan faktor pendidikan lingkungan yang baik,
maka sesungguhnya anak akan tumbuh dalam iman yang baik, akan berhiaskan diri
dengan etika Islam dan sampai pada puncak keutamaan spiritual dan kemuliaan
personal.
Mengenai adanya hal factor pendidikan Islam yang utama,
Rasulullah SAW menegaskan dalam banyak hadits, di antaranya:
كل مولود يولاد على الفطرة فأبواه
يهودانه اوينصرانه اويمجسانه رواه البخارى
Setiap
anak yang dilahirkan, ia dilahirkan dalam fitrah (kesucian), maka kedua orang
tuanya lah yang akan menjadikan ia sebagai seorang Yahudi, Nasrani, atau
Majusi. (HR. al-Bukhari)
Pemahaman dari hadis ini adalah, bahwa sang anak jika
mempunyai kedua orang tua muslim yang baik, mengajarkan kepada dirinya
prinsip-prinsip iman dan islam, maka anak akan tumbuh dalam akidah iman dan
Islam, dan ini adalah pengertian faktor lingkungan rumah yang merupakan
pembiasaan.
Dari nash-nash di atas, Mushannif menarik
kesimpulan berikut:
ان الولد حينما تتوفر له تربية صالحة من قبل اباء صالحين,
ومعلمين مخلصين وتتوفر له بيئه صالحة من قبل أصدقاء صالحين ورفقاء مؤمنين مخلصين
فان الولد ولا شاك يتربى على الفضيلة والايمان والتقوى ويعتاد كل أدب رفيع وخلق
جميل وعادة كريمة
Sesungguhnya
sang anak, jika menerima pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya yang
shaleh, dan pengajarnya yang tulus, disamping tersedianya lingkungan
yang baik dari teman-temannya yang shaleh, mukmin, dan tulus, maka tidak
diragukan bahwa anak tersebut akan terdidik dalam keutamaan, iman, dan takwa.
Mereka juga akan terbiasa dengan akhlak yang luhur, etika yang mulia, dan
kebiasaan yang terpuji
والمعارف وترفدها بالعمل الصالح فانما تنشأ على الخير وتدرجعلى
الكمال ويكون صاحبها كالملك بشيئ فى الناس
أما اذا أهلها وتركها للايام حتى هاها صدأ الجهل وغشيها عدوى
خلطاء السوء وتراكهم عليها أنقاض العداوات الذميمة فانها ولا شاك
تنشأ على الشر والفساد وتتقلب في مستنقع التحلل والاباحية ويكون صاحبها
كالوحش الاعجم يمشي فى الناس ويظن نفسه من الاناس الكريم
Demikian pula jiwa manusia dan segala apa yang ada di
dalamnya dari kecenderungan dan kesiapan, tabiat dan pembawaan, ketika terdidik
dalam akhlak yang utama, disiram dengan air ilmu pengetahuan, dan disertai
dengan amal saleh. Maka jiwa tersebut akan tumbuh dalam kebaikan, semakin
mendekati kesempurnaan. Pemilik jiwa tersebut menjadi “malaikat” yang berjalan
di tempat umat manusia.
Jika dibiarkan, ia akan dihinggapi karat kebodohan bercampur
debu kejahatan, dan ditumpuki dengan adat kebiasaan yang tercela. Maka jiwa
tersebut akan tumbuh dengan kejahatan dan kerusakan. Pemiliknya akan serupa
dengan binatang liar yang berjalan di tengah umat manusia, dan ia mengira bahwa
dirinya sebagai manusia yang terhormat.
Kesimpulan yang disampaikan oleh Mushannif mengindikasikan
adanya perpaduan (konvergensi) antara faktor bakat/ pembawaan yang dimiliki
anak dengan faktor lingkungan dan pembiasaan yang membentuk karakter anak sama-sama
berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut untuk
menjalani kehidupan dunia dan akhiratnya.
C.
Teori Pembiasaan Menyebabkan Jatuh
Dan Bangkitnya Kehidupan Seseorang Di Dunia dan di Akhirat
Berdasarkan
teori dan Al Quran, setiap pembiasaan yang baik, pasti akan jadi kebiasaan baik
juga. Pembiasaan yang buruk juga menjadi kebiasaan yang buruk dalam kehidupan
seseorang. Namun masih ada orang yang sejak dini telah diberikan pembiasaan
yang baik, tetapi dalam perjalanan kehidupan mereka sempat terpuruk atau
terjatuh pada kebiasan negatif yang mengganggu kehidupan dunia dan akhiratnya.
Hal ini tidak lepas dari pengaruh linkungan dan perhatian keluarga.
Ketika
seseorang diberikan pembiasaan yang baik berupa ajaran-ajaran yang mampu menyokong
kehidupan dunia dan akhiratnya, orang tersebut tidak bisa dilepaskan begitu
saja dari pengawasan orang tua secara berkelanjutan. Di sinilah pentingnya
peran dan kontrol orang tua serta para pendidik agar pembiasaan yang diajarkan
tadi tetap menjadi kebiasaan baik bahakan menjadi kebutuhannya.
Biasanya,
ketika di usia dini anak telah diberikan pembiasaan yang baik, maka andaikan
dalam perjalanan kehidupan mereka mengalami keterpurukan, suatu saat mereka
akan menemukan kembali titik balik kehidupannya dan bangkit menjadi pribadi
yang lebih baik. Hal seperti ini banyak kita temui di sekitar kita. Seperti
yang terjadi pada dua tokoh agama berikut :
1. Alm.
Ustadz Jefri Al-Bukhory
Ustadz
ini, ketika kecil (usia dini) dididik dengan aturan agama yang disiplin dan
keras dari orang tuanya. Di sekolahkan di sekolah dengan ajaran agama yang
kuat. Artinya sejak usia dini telah diterapkan pembiasaan agama yang kuat pada
diri beliau untuk menjalani kehidupan dunia dan bekal hidup di akhirat. Namun,
seiring berjalannya waktu beliau sempat terpuruk pada perbuatan negatif seperti
menggunakan obat-obatan dan jauh dari Tuhan. Hal ini terjadi akibat terseret
oleh lingkungan negatif di sekitarnya dan pertahanan diri yang lemah.
Karena
telah diberikan pembiasaan yang baik sejak usia dini, beliau akhirnya kembali
menemukan titik balik kehidupannya. Beliau kembali kepada kebiasaan baik dan
kembali pada Tuhan dalam keadaan yang baik. Artinya pembiasaan yang telah
ditanamkan mempengaruhi jatuh dan bangkitnya kehidupan dunia Ustadz ini dan
pada akhirnya InsyaAllah berpengaruh terhadap kehidupan akhirat beliau.
2. Ustadz
Arifin Ilham
Senada
dengan kehidupan yang dijalani oleh Alm. Ustadz Jefry Al-Bukhori di atas, ustadz
Arifin Ilham pun didik dengan pembiasaan agama yang kental dan penuh disiplin. Orang
tua beliau memberikan pembiasaan terhadap pelaksanaan ajaran agama dengan baik
dan bertanggung jawab. Namun beliau juga sempat terjatuh pada perbuatan negatif
dalam usia remajanya. Beliau sempat berkali-kali jatuh, bangkit, jatuh dan
bangkit kembali hingga akhirnya tetap pada kebiasaan baik yang telah dibiasakan
ketika usia dini dahulu.
Dari
dua tokoh di atas dapat kita katakan bahwa pembiasaan baik yang diberikan
ketika usia dini bisa menyebabkan seseorang yang jatuh untuk bangkit kembali dalam kehidupan dunia dan
akhirat seseorang.
Di
sisi lain ketika seseoang diberikan pembiasaan yang tidak baik, maka sangat
besar kemungkinan dia memiliki kebiasaan yang tidak baik. Sebagai contoh, anak
yang biasa dididik dengan celaan, maka setelah mereka dewasa mereka juga
terbiasa untuk mencela. Anak yang dididik dalam lingkungan pencuri, maka dia
akan terbiasa mencuri.
Kehidupan
akhirat yang baik, ditentukan oleh kebiasaan hidup di dunia. Pembiasaaan yang
baik sangat penting dalam menyebabkan jatuh dan bangkitnya kehidupan dunia dan
akhirat seseorang.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
- Kesimpulan
- Pembiasaan yang diajarkan pada seseorang akan menjadi kebiasaan dalam hidupnya dan akhirnya akan membentuk karakter seseorang.
- Pembiasaan dan pengamalan merupakan salah satu metode yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an dalam mendidik anak - anak.
- Inti pembiasaan sebenarnya adalah pengulangan terhadap segala sesuatu yang dilaksanakan atau yang diucapkan oleh seseorang.
- Pendidikan adalah upaya membiasakan manusia untuk selalu mengamalkan apa yang diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
- Adanya perpaduan (konvergensi) antara faktor bakat/ pembawaan yang dimiliki anak dengan faktor lingkungan dan pembiasaan yang membentuk karakter anak sama-sama berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut untuk menjalani kehidupan dunia dan akhiratnya.
- pembiasaan baik yang diberikan ketika usia dini bisa menyebabkan seseorang yang jatuh untuk bangkit kembali dalam kehidupan dunia dan akhirat seseorang.
- Kehidupan akhirat yang baik, ditentukan oleh kebiasaan hidup di dunia.
- Saran
Pembiasaan
sebaiknya dilakukan sejak usia dini secara kontinyu, teratur dan terprogram serta diawasi secara ketat,
konsisten dan tegas agar pembiasaan ini akhirnya menjadi kebutuhan dan
kebiasaan seseorang.
KEPUSTAKAAN
C.Asri
BUdiningsih. Belajar dan Pembelajaran.
Rineka Cipta. Jakarta. 2005
Slameto.
Belajar & faktor – faktoryang
Mempengaruhi. Rineka Cipta. 2010.
Sudarwan
Danim. Perkembangan Peserta Didik.
Alfabeta Bandung. Bandung. 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar